Feeds RSS

Selasa, 13 Mei 2014

Amygdala Hijack

Pernah suatu hari seorang kawan saya sementara mengendarai mobil menuju ke luar kota, tepat di depan ada sebuah tikungan yang cukup tajam ke kiri. Secara tiba-tiba, muncul sebuah mobil di depannya dengan kecepatan cukup tinggi dan hampir saja menabraknya. Untungnya, kawan saya masih bisa mengendalikan mobilnya. Kawan saya tadi marah besar, terlebih lagi saat supir yang mengendarai mobil yang hampir menabraknya berteriak “Sapi!!!” sambil mengeluarkan kepalanya dari jendela mobilnya. Akhirnya dengan spontan, Kawan saya membalasnya dengan ucapan yang sama, “Kamu juga Sapi!!!”. Puas rasanya katanya dalam hati. Tapi saat mobil kawan saya belok kiri, ternyata di depan ada seekor sapi sementara di jalan. Barulah tersadar kawan saya, ternyata maksud sang supir tadi mengatakan Sapi adalah ingin memberitahukan bahwa hati-hati karena didepan ada seekor sapi lagi menghalangi jalan.





Demikian emosi kita lebih dulu merespon sebuah stimulus atau kejadian dari pada harus memikirkannya terlebih dulu. Hal ini biasa dikenal sebagai Amygdala Hijack atau Pembajakan Amygdala. Mungkin tanpa kita sadari hampir setiap waktu kita selalu dibajak oleh amygdala kita sendiri.

Berdasarkan aspek neuroanatomi, pembajakan amygdala wajar terjadi karena memang jarak antara amygdala dengan bagian sistem limbik yang lain , terutama hyppothalamus, lebih dekat dibanding jarak amygdala ke Prefrontal Cortax (PFC) sebagai CEO dari otak kita. Emosi kita begitu cepat memberikan respon terhadap sebuah peristiwa atau kejadian, baru setelahnya kita tersadar dan mungkin menyesal telah memberikan respon tertentu sebelum mempertimbangkannya. Akhirnya timbullah sebuah fenomena melakukan terlebih dulu, baru menyesal.

Kalau begitu, tentu kita akan bertanya untuk apa Tuhan menciptakan sistem di otak kita seperti itu. Tentunya, Tuhan punya maksud baik misalnya saja pada situasi saat orang tua kita sendiri tiba-tiba terjatuh di depan kita. Apakah untuk menyikapinya kita mesti berpikir dulu untuk menolongnya? Ada saat dimana respon emosi kita diminta untuk dengan cepat memberikan suatu tindakan, tanpa harus mempertimbangkannya terlebih dulu.

Nah, karena respon amygdala yang cepat itu juga dibutuhkan maka bagaimana caranya untuk menghindari agar kita tidak selalu terbajak oleh amygdala kita sendiri? Anda cukup menunda memberikan respon sekitar 5 detik untuk memberikan kesempatan impuls tersebut sampai ke PFC. Setelah itu baru berikan respon. Ketika ada seseorang berlaku kurang baik kepada kita, tundalah respon emosi Anda sekitar 5 detik, Anda boleh menghitungnya dengan jari, untuk memutuskan apakah Anda akan marah, membalasnya atau anda cukup tersenyum kepadanya sebagai tanda ketulusan untuk menerima perlakuan tidak baik itu. Dengan demikian kebijaksanaan akan menghampiri anda.

Beberapa orang bijak senantiasa menganjurkan agar dalam bertindak untuk selalu menggunakan hati nurani. Tanyakakanlah ke hati nurani Anda lebih dulu, baru setelah itu melakukan suatu tindakan. Permasalahannya adalah karena Anda tidak pernah memberikan kesempatan diri anda untuk bertanya sejenak kepada hati nurani bagaimana pendapatnya terhadap sesuatu hal. Mulailah dari sekarang, saat akan melakukan sesuatu, apapun itu, berhentilah sejenak dan dengarkan apa kata hati nurani anda. Saat anda mulai membiasakan diri seperti itu, kata hati nurani itu akan semakin jelas terdengar.

Sebuah kejadian yang lebih tragis pernah terjadi pada sebuah keluarga polisi dengan seorang anak laki-lakinya yang berumur sekitar 10 tahun. Saat itu sang ayah berulang tahun sehingga sang anak ingin memberikan kado istimewa untuk ayahnya. Sayangnya, hari itu sang ayah lagi ada tugas di kantornya sehingga harus pulang sekitar jam 12 malam. Sang anak dengan sabarnya menunggu sang ayah di rumah. Ketika sang ayah tiba di rumah, lampu-lampu sudah dipadamkan dan saat masuk ke rumah, sang ayah dikagetkan oleh anaknya sendiri. Sang Ayah saking kagetnya, kebetulang seorang polisi, mengambil pistolnya dan secara refleks menembakkannya “dor,dor,dor” dan tentu anda bisa tahu bagaimana akhir kisahnya. Itulah sisi negatif dari amygdala hijack.

0 komentar:

Posting Komentar